Hidup terus berjalan detik demi detik hingga tak terasa tahun berganti tahun. Semakin berumur semakin banyak hal yang aku jumpai dan rasakan. Terlalu sulit untuk dijabarkan olehku yang sulit bercerita. Banyak ketakutan-ketakutan yang membayangiku ketika aku ingin bercerita mengungkapkan segala hal yang aku rasa. Masih ingat saat aku menulis esai untuk mendaftar menjadi Pengajar Muda. Aku mengutip perkataan dari Nicolas Saputra dalam sebuah potongan film yang dia perankan. Kurang lebih begini bunyinya,"Di usia 27, kamu akan membuat keputusan besar dalam hidupmu yang akan membuka atau menutup jalan hidupmu". Kini, di penempatan hal tersebut memukulku begitu telak. Aku merasakan gonjang-ganjing perasaan yang tak menentu yang menuntunku untuk mulai berkontemplasi. Di usia 7 bulan perjalanan menjadi seorang Pengajar Muda sudah begitu banyak kesempatan yang aku lewatkan. Namun di sisi lain banyak pula hal yang menuntunku menemukan jalan mendapatkan kembali hidupku dan jiwaku. Meski...
Sulit sekali rasanya mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan. Kecenderungan untuk terus merasa sensitif, mudah marah, murung berhari-hari, sulit berkomunikasi, senang menyendiri, dan kesulitan untuk tidur. Perasaan yang semakin hari semakin menguasai diri. Sulit menghindar apalagi meninggalkan. Di mana letak kesalahan diri ini? Mencoba menelusuri setiap persimpangan. Mencoba segala hal dari kebaikan hingga keburukan. Nyatanya sulit sekali untuk menemukan jawaban. Seolah diri ini dibuat bingung dengan keadaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah dalam diri ini? Sudah cukup lelah diri ini untuk terus mencari. Keputusasaan seolah telah menanti, melambai, dan mulai menghampiri. Pagi ini, tanpa sengaja terlintas dalam pikiranku untuk menonton podcast Ust. Felix Siauw dengan Remond Chin. Podcast yang membahas mulai dari pentingnya nalar berpikir dalam beragama, jodoh, hingga membahas persoalan pemimpin. Menelusuri detik demi detik dan cukup banyak hal baru yang diri ini peroleh. ...