Langsung ke konten utama

Bahkan Pendosa Masih Memiliki Tuhan

Jemariku kembali menari. Di situasi di mana aku merasa aku sedang tidak baik-baik saja. Setelah aku memutuskan untuk mengakhiri petualanganku di kota Medan pada bulan Februari masih di tahun 2024 ini aku mencoba fokus untuk mengikuti seleksi Pengajar Muda, Indonesia Mengajar. Bukan hal mudah untuk melalui seleksi ini. Naik turun perasaan dan suasana hati membuat aku kadang bersemangat terkadang pula hampir berputus asa. 

Bukan tanpa alasan, perasaan hampir menyerah ini salah satunya disebabkan keburukan yang sudah menahun dari diriku masih terus kembali. Sekeras apapun aku berusaha menghilangkannya pasti dan pasti keburukan itu selalu kembali. Menghantui hati dan akal yang membuat aku merasa hampir gila. Berkali-kali aku bertanya pada diri sendiri sampai kapan aku akan seperti ini? Menutup potensi yang ada pada diri sendiri dengan kesalahan yang seharusnya bisa aku kendalikan.Tuhan hanya dua kata yang mampu aku ucapkan, ampuni aku.

Semua bermula ketika pembukaan rekrutmen Pengajar Muda XXVII dibuka pada awal bulan April 2024. Aku memutuskan kembali mendaftarkan diri pada kesempatan ini. Setelah dua kegagalan sebelumnya di tahun 2020 dan di awal tahun 2023 aku menatap kesempatakan kali ini dengan lebih pasrah. Nothing to lose. Walaupun dalam hati terkecilku tetap ingin diterima tentunya. Seleksi pertama adalah seleksi administrasi dan telah aku lalui dengan kabar gembira. Menginjak pada seleksi kedua, waktu itu bertepatan dengan aku yang sedang bekerja di Kab. Tanjung Jabung Barat, Jambi. Dengan bermodal sinyal provider yang ala kadarnya alhamdulillah hasil yang aku terima tidak mengecewakan. Aku berhasil lolos untuk tahap ketiga, seleksi luring.

Seleksi ketiga ini bukan kali pertama aku sampai pada tahap ini. Pada tahun 2020 aku juga berkesempatan untuk sampai pada tahap ini, namun sayang kabar yang mengecewakan yang aku terima. Mungkin memang sudah jalannya karena tidak berselang lama setelah itu aku diterima bekerja di PT. MLI. Seleksi tahap ketiga ini seleksi yang luar biasa. Bertemu dengan banyak personal dengan nilai diri yang sungguh luar biasa membuat aku sedikit gugup dan membumi. Namun terdapat bagian yang paling tidak aku sukai yaitu saat di mana seleksi tahap ketiga ini telah rampung. Bagian menunggu pengumuman. Hari-hari terasa berjalan lama dan membosankan namun menegangkan. Ketika temanku sudah mendapatkan pengumuman lolos sedangkan aku masih menggantung, dunia terasa berhenti. Bahkan aku sampai menangis meneteskan air mata.

Di suatu siang tiba-tiba saja HP ku bergetar, notifikasi masuk, terdapat gelembung bergambar 'Gmail'. Aku klik dan aku buka isi surel itu. Dengan hati yang pasrah bahwa aku dinyatakan tidak lolos. Mataku melihat, kepalaku membaca dengan pelan dan perlahan, tidak, surel ini menyatakan aku lolos tahap ketiga dan diminta untuk melakukan Medical Check Up. Aku terdiam, rasa dalam hati bercampur aduk. Kepala langsung berputar dan berpikir harus mulai dari mana? Aku coba menenangkan diri untuk dapat berfikir jernih. Menyusun dan menata langkah berikutnya yang harus aku lakukan. Ya, aku memutuskan melakukan Medical Check Up hanya berselang 2 hari dari hari pengumuman.

Inilah momen awal dari momen yang saat ini sedang aku hadapi dan rasakan. Aku berangkat Medical Check Up dengan rasa percaya diri. Aku merasa sehat, aku merasa baik-baik saja, aku merasa tidak ada yang salah dari diriku. Sudah coba aku persiapkan dengan baik momen ini. Olahraga, mengurangi rokok, banyak minum air putih, dan tidur cukup. Tentunya tidak salah jika aku merasa percaya diri. Sampai tiba waktu saat hasil MCU itu keluar. Hasilnya tidak seperti yang aku bayangkan. Hasilnya sedikit membuatku terkejut. Ada dua parameter pengecekan yang menurutku mungkin bisa menggagalkanku untuk benar-benar menjadi Pengajar Muda. Angka asam urat dan kolesterolku tinggi. Sedih? Tentu. Kecewa? Pasti. Putus asa? Hampir. Aku hanya bisa lagi dan lagi menata hatiku, untuk tidak lagi berharap lebih. Untuk bersiap dengan kabar kecewa yang akan aku dengar sekali lagi. Kegagalan yang mungkin akan menjadi ketiga kalinya.

Pada akhirnya aku kembali tersadar aku hanyalah manusia biasa. Hanya mampu berencana tanpa mampu menentukan hasilnya. Segala usaha telah aku coba. Sampai di kali ketiga ini pun aku tetap mencoba dengan segala kemampuan yang ada. Sempat terpikir untuk mencoba keempat kali jika kesempatan kali ini menemui jalan buntu kembali. Percobaan keempat mungkin akan menjadi percobaan terakhirku jika memang betul-betul kabar kecewa yang aku terima. Namun sebelum hasil keluar, sebelum peluit panjang tanda pertandingan usai semua hal bisa terjadi. Aku tetap melantunkan doa dan harap kepada Allah Tuhan Semesta Alam. Semoga ini adalah saat untukku. Jalan takdirku.

Saat ini aku hanya mampu menata hati. Melantunkan doa dan mulai kembali dengan langkah kecil memperbaiki diri. Menghilangkan kebiasaan buruk yang terus menghantui. Menjaga kesehatan dan mencoba kembali menurunkan berat bandan supaya tubuh senantiasa terjaga. Menunggu dengan harap-harap cemas. Menunggu dengan lantunan doa. Ya Allah jadikanlah Pengajar Muda menjadi bagian dari jalan hidupku. Jika doa hamba Engkau kabulkan jangan lupakan aku untuk bersyukur namun jika kehendak-Mu berlainan dengan inginku jangan jadikan kecewaku kufur atas nikmat-Mu.

Bahkan pendosa masih memiliki Tuhan. Seburuk apapun diri kita tak mungkin mampu melangkahkan kaki di bumi ini tanpa kehendak Tuhan. Dari bangun tidur hingga tidur lagi adalah anugerah Tuhan. Apa yang kita makan, udara yang kita hirup, suara yang kita dengar, keindahan yang kita lihat semua adalah dari-Nya. Allah SWT.. Untuk Pengajar Muda ini aku serahkan hasilnya pada-Mu duhai Tuhanku. Tuhan Maha Baik. Tuhan seluruh alam. Tuhan dari segala tuhan. Ampuni aku dan semoga kabar baik akan menyertaiku. Hamba-Mu yang penuh dosa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu

Di tengah gempuran suara jangkrik yang beralun. Dengan segelas extra joss susu yang sudah tandas. Berteman dingin yang menyelimuti. Perasaan itu muncul, menyapa kembali, menunjukkan diri lagi. Sulit untuk bisa menghindar dari tikamannya yang perih. Aku mengenalnya tanpa sengaja. Berawal dari sebuah candaan di awal perjumpaan kami. Saat itu kami belum pernah mengenal satu sama lain. Belum pernah berjumpa fisik barang sekali. Belum pula pernah bertukar sapa dan cerita melalui gawai. Menjadi aneh rasanya ketika justru saat ini dia lah penyebab perasaan ini muncul dan menghantui. Semuanya serba cepat dan seperti tanpa rencana. Aku mengirimkan surat kaleng kepadanya dengan sebatang coklat yang tak seberapa harganya. Sejak saat itu hubungan kami menjadi istimewa. Setidaknya itu yang aku rasakan. Bagaimana dengan dia? Semoga dia juga mempunyai rasa yang sama, utuh dan bulat seperti yang aku rasakan. Namanya Indah, tentu saja seindah orangnya. Dia lebih muda dariku 4 tahun. Entah sihir apa yan...

Terlalu Jauh

Sulit sekali rasanya mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan. Kecenderungan untuk terus merasa sensitif, mudah marah, murung berhari-hari, sulit berkomunikasi, senang menyendiri, dan kesulitan untuk tidur. Perasaan yang semakin hari semakin menguasai diri. Sulit menghindar apalagi meninggalkan. Di mana letak kesalahan diri ini? Mencoba menelusuri setiap persimpangan. Mencoba segala hal dari kebaikan hingga keburukan. Nyatanya sulit sekali untuk menemukan jawaban. Seolah diri ini dibuat bingung dengan keadaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah dalam diri ini? Sudah cukup lelah diri ini untuk terus mencari. Keputusasaan seolah telah menanti, melambai, dan mulai menghampiri. Pagi ini, tanpa sengaja terlintas dalam pikiranku untuk menonton podcast Ust. Felix Siauw dengan Remond Chin. Podcast yang membahas mulai dari pentingnya nalar berpikir dalam beragama, jodoh, hingga membahas persoalan pemimpin. Menelusuri detik demi detik dan cukup banyak hal baru yang diri ini peroleh. ...

I Felt Better When I Have Done Write Down My Feelings

I felt better when I have done write down my feelings. Ungkapan itu tidak berlebihan rasanya. Ungkapan yang entah muncul dari mana. Ungkapan yang betul-betul menggambarkan perasaanku saat ini. Hidupku terlalu lelah untuk aku ceritakan melalui kata-kata. Hanya melalui frasa aku dapat bercerita karena rasanya tidak ada yang benar-benar memahami apa yang aku rasa. Tidak ada pula yang dapat aku percaya. Bercerita bukan perkara mudah bagiku yang sejak kecil terbiasa memendam segalanya. Bersyukurnya aku Tuhan telah menciptakan tulisan. Memberikan aku kemampuan membaca dan mengeja serta menulis untuk menumpahkan segala rasa. Oh, sungguh hanya ini yang bisa aku lakukan. Namun kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Mungkin ini memang waktu yang tepat untukku yang diberikan Tuhan kepadaku untuk menyadari semuanya. Tentang segala rasa yang tersimpan harus aku tuangkan dalam tulisan. Aku belum memahami korelasi antara pengalaman masa laluku dengan kondisiku saat ini. Dulu aku begitu menggebu...