Langsung ke konten utama

Kemana?


"Kau siapa?"

"Aku dirimu"

"Tapi Aku tak pernah mengenalimu"

"Itu salahmu, bukan salahku"

"Kau tak mirip denganku"

"Sekali lagi itu salahmu, bukan salahku"

"Kau nampak beda, kau nampak bahagia"

"Karena aku tau apa yang aku mau"

"Aku tak tau apa yang aku mau. Kau bukan aku"

"Aku adalah dirimu!"

"Tidak, sekali-kali kau bukanlah aku"

"Aku adalah kau. Salahmu yang tak mengenali dirimu"

"Bukan salahku aku tak mengenali aku"

"Juga bukan salahku kau selalu begitu"

"Apa yang kau maksud?"

"Kecewa dengan dirimu"

"Aku tak pernah kecewa"

"Dusta"

"Aku tak berdusta"

"Bahkan kau tak jujur dengan dirimu"

"Aku jujur"

"Dusta"

"Kau bukanlah aku"

"Aku adalah kau"

"Kau menuduh aku berdusta padahal aku tidak"

"Faktanya dirimu berdusta"

"Terserah, aku akan pergi"

"Pengecut"

"Apa yang kau bilang?"

"Kau pengecut! Kau selalu menangisi dirimu, kau selalu lari dari dirimu"

"Aku tak mendengar"

"Kau pemalas dan tak pernah berusaha"

"Jangan berkhotbah disini"

"Kau tidak punya tujuan, kau tak punya cita-cita, dirimu hanyalah mayat bernyawa"

"Kau bukan Tuhan"

"Tapi aku dirimu!"

"Kau bukan aku dan aku bukan kau!"

"Salahmu kau tak mau jujur"

"Aku pergi!"

"Pergilah! Karena kau tetap tak punya tujuan untuk pergi"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu

Di tengah gempuran suara jangkrik yang beralun. Dengan segelas extra joss susu yang sudah tandas. Berteman dingin yang menyelimuti. Perasaan itu muncul, menyapa kembali, menunjukkan diri lagi. Sulit untuk bisa menghindar dari tikamannya yang perih. Aku mengenalnya tanpa sengaja. Berawal dari sebuah candaan di awal perjumpaan kami. Saat itu kami belum pernah mengenal satu sama lain. Belum pernah berjumpa fisik barang sekali. Belum pula pernah bertukar sapa dan cerita melalui gawai. Menjadi aneh rasanya ketika justru saat ini dia lah penyebab perasaan ini muncul dan menghantui. Semuanya serba cepat dan seperti tanpa rencana. Aku mengirimkan surat kaleng kepadanya dengan sebatang coklat yang tak seberapa harganya. Sejak saat itu hubungan kami menjadi istimewa. Setidaknya itu yang aku rasakan. Bagaimana dengan dia? Semoga dia juga mempunyai rasa yang sama, utuh dan bulat seperti yang aku rasakan. Namanya Indah, tentu saja seindah orangnya. Dia lebih muda dariku 4 tahun. Entah sihir apa yan...

Terlalu Jauh

Sulit sekali rasanya mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan. Kecenderungan untuk terus merasa sensitif, mudah marah, murung berhari-hari, sulit berkomunikasi, senang menyendiri, dan kesulitan untuk tidur. Perasaan yang semakin hari semakin menguasai diri. Sulit menghindar apalagi meninggalkan. Di mana letak kesalahan diri ini? Mencoba menelusuri setiap persimpangan. Mencoba segala hal dari kebaikan hingga keburukan. Nyatanya sulit sekali untuk menemukan jawaban. Seolah diri ini dibuat bingung dengan keadaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah dalam diri ini? Sudah cukup lelah diri ini untuk terus mencari. Keputusasaan seolah telah menanti, melambai, dan mulai menghampiri. Pagi ini, tanpa sengaja terlintas dalam pikiranku untuk menonton podcast Ust. Felix Siauw dengan Remond Chin. Podcast yang membahas mulai dari pentingnya nalar berpikir dalam beragama, jodoh, hingga membahas persoalan pemimpin. Menelusuri detik demi detik dan cukup banyak hal baru yang diri ini peroleh. ...

I Felt Better When I Have Done Write Down My Feelings

I felt better when I have done write down my feelings. Ungkapan itu tidak berlebihan rasanya. Ungkapan yang entah muncul dari mana. Ungkapan yang betul-betul menggambarkan perasaanku saat ini. Hidupku terlalu lelah untuk aku ceritakan melalui kata-kata. Hanya melalui frasa aku dapat bercerita karena rasanya tidak ada yang benar-benar memahami apa yang aku rasa. Tidak ada pula yang dapat aku percaya. Bercerita bukan perkara mudah bagiku yang sejak kecil terbiasa memendam segalanya. Bersyukurnya aku Tuhan telah menciptakan tulisan. Memberikan aku kemampuan membaca dan mengeja serta menulis untuk menumpahkan segala rasa. Oh, sungguh hanya ini yang bisa aku lakukan. Namun kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Mungkin ini memang waktu yang tepat untukku yang diberikan Tuhan kepadaku untuk menyadari semuanya. Tentang segala rasa yang tersimpan harus aku tuangkan dalam tulisan. Aku belum memahami korelasi antara pengalaman masa laluku dengan kondisiku saat ini. Dulu aku begitu menggebu...