Langsung ke konten utama

Aku Yang Biasa Saja

Halo, selamat malam 😁
Balik lagi dengan blog lama, masih perlu banyak penataan ulang sebenarnya hehe tapi ndak papa lah yang penting bisa buat curhat dulu.
.
.
Jadi sebenernya aku nya yang tidak bersyukur atau memang keadaan yang mengatakan seperti ini, akupun ndak tau sebenarnya. Aku ndak tau kenapa aku selalu merasa di pandang sebelah mata. Pernah baca sih, katanya itu pertanda kalo kamu sudah dewasa, makanya semakin sedikit perhatian yang akan kamu dapat. Dengan konsekuensi kamu harus berbalik untuk menebar perhatian ke orang-orang sekitarmu. Tapi entah kenapa aku masih belum bisa menerima itu. Terkadang aku malah berfikir, mungkin aku bukan dari kalangan orang kaya. Aku terlahir tidak dengan paras yang menawan atau mungkin memang aku tidak memiliki selera humor yang bagus seperti orang kebanyakan. Sering aku merasa seperti itu. Sedih sebenarnya, di satu sisi aku juga merasa mungkin aku tidak bersyukur. Tapi disisi lain aku merasa aku juga butuh perhatian. Hal ini berimbas pada masalah percintaanku, ah susah lah ya. Aku masih bingung, aku tipikal orang yang susah untuk bercerita. Aku hanya bercerita kepada orang-orang yang aku anggap bisa mendengarkanku. Ya Allah aku bingungggggg. Ya emang aku banyak dosa ya Rabbi, tapi ya apa gini? Ya Allah, untuk menemukan teman keluh kesah pun sampai sekarang tidak kunjung menemui titik terang. Berpura-pura bahagia dan kuat di depan banyak orang. Tak taukah kalian? Sungguh aku butuh teman untuk bercerita tentang keluh kesahku tanpa harus mengomentari, aku hanya butuh di dengar. Buatlah aku nyaman dan aku akan bercerita tentang aku yang dulu, saat ini, dan cita-cita ku yang akan datang. Terakhir, mungkin kunci dari curhatan malam ini adalah BERSYUKUR dan BERCERITALAH.
.
.
Selamat malammmm
Jogja, 22 Maret 2019
Dibawah guyuran hujan
Imam 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu

Di tengah gempuran suara jangkrik yang beralun. Dengan segelas extra joss susu yang sudah tandas. Berteman dingin yang menyelimuti. Perasaan itu muncul, menyapa kembali, menunjukkan diri lagi. Sulit untuk bisa menghindar dari tikamannya yang perih. Aku mengenalnya tanpa sengaja. Berawal dari sebuah candaan di awal perjumpaan kami. Saat itu kami belum pernah mengenal satu sama lain. Belum pernah berjumpa fisik barang sekali. Belum pula pernah bertukar sapa dan cerita melalui gawai. Menjadi aneh rasanya ketika justru saat ini dia lah penyebab perasaan ini muncul dan menghantui. Semuanya serba cepat dan seperti tanpa rencana. Aku mengirimkan surat kaleng kepadanya dengan sebatang coklat yang tak seberapa harganya. Sejak saat itu hubungan kami menjadi istimewa. Setidaknya itu yang aku rasakan. Bagaimana dengan dia? Semoga dia juga mempunyai rasa yang sama, utuh dan bulat seperti yang aku rasakan. Namanya Indah, tentu saja seindah orangnya. Dia lebih muda dariku 4 tahun. Entah sihir apa yan...

Terlalu Jauh

Sulit sekali rasanya mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan. Kecenderungan untuk terus merasa sensitif, mudah marah, murung berhari-hari, sulit berkomunikasi, senang menyendiri, dan kesulitan untuk tidur. Perasaan yang semakin hari semakin menguasai diri. Sulit menghindar apalagi meninggalkan. Di mana letak kesalahan diri ini? Mencoba menelusuri setiap persimpangan. Mencoba segala hal dari kebaikan hingga keburukan. Nyatanya sulit sekali untuk menemukan jawaban. Seolah diri ini dibuat bingung dengan keadaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah dalam diri ini? Sudah cukup lelah diri ini untuk terus mencari. Keputusasaan seolah telah menanti, melambai, dan mulai menghampiri. Pagi ini, tanpa sengaja terlintas dalam pikiranku untuk menonton podcast Ust. Felix Siauw dengan Remond Chin. Podcast yang membahas mulai dari pentingnya nalar berpikir dalam beragama, jodoh, hingga membahas persoalan pemimpin. Menelusuri detik demi detik dan cukup banyak hal baru yang diri ini peroleh. ...

I Felt Better When I Have Done Write Down My Feelings

I felt better when I have done write down my feelings. Ungkapan itu tidak berlebihan rasanya. Ungkapan yang entah muncul dari mana. Ungkapan yang betul-betul menggambarkan perasaanku saat ini. Hidupku terlalu lelah untuk aku ceritakan melalui kata-kata. Hanya melalui frasa aku dapat bercerita karena rasanya tidak ada yang benar-benar memahami apa yang aku rasa. Tidak ada pula yang dapat aku percaya. Bercerita bukan perkara mudah bagiku yang sejak kecil terbiasa memendam segalanya. Bersyukurnya aku Tuhan telah menciptakan tulisan. Memberikan aku kemampuan membaca dan mengeja serta menulis untuk menumpahkan segala rasa. Oh, sungguh hanya ini yang bisa aku lakukan. Namun kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Mungkin ini memang waktu yang tepat untukku yang diberikan Tuhan kepadaku untuk menyadari semuanya. Tentang segala rasa yang tersimpan harus aku tuangkan dalam tulisan. Aku belum memahami korelasi antara pengalaman masa laluku dengan kondisiku saat ini. Dulu aku begitu menggebu...