Langsung ke konten utama

Terlalu Jauh

Sulit sekali rasanya mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan. Kecenderungan untuk terus merasa sensitif, mudah marah, murung berhari-hari, sulit berkomunikasi, senang menyendiri, dan kesulitan untuk tidur. Perasaan yang semakin hari semakin menguasai diri. Sulit menghindar apalagi meninggalkan. Di mana letak kesalahan diri ini?

Mencoba menelusuri setiap persimpangan. Mencoba segala hal dari kebaikan hingga keburukan. Nyatanya sulit sekali untuk menemukan jawaban. Seolah diri ini dibuat bingung dengan keadaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah dalam diri ini? Sudah cukup lelah diri ini untuk terus mencari. Keputusasaan seolah telah menanti, melambai, dan mulai menghampiri.

Pagi ini, tanpa sengaja terlintas dalam pikiranku untuk menonton podcast Ust. Felix Siauw dengan Remond Chin. Podcast yang membahas mulai dari pentingnya nalar berpikir dalam beragama, jodoh, hingga membahas persoalan pemimpin. Menelusuri detik demi detik dan cukup banyak hal baru yang diri ini peroleh. Meskipun tidak semua dapat terserap hanya dengan sekali dengar namun ada satu hal yang mengusik diri.

Satu hal itu adalah sakinah, ketenangan. Senang dan bahagia adalah dua hal yang berbeda. Senang adalah sesuatu yang bersifat impulsif, lonjakan perasaan yang sementara. Sedangkan kebahagiaan adalah perasaan yang lebih stabil, lebih mapan, dan condong pada ketenangan. Ketenangan inilah yang menjadi kunci dari motivasi dalam diri, ketenangan ini yang akhirnya mengantarkan diri pada ketidakterbatasan untuk melalui segala hal dalam kehidupan.

Sesaat diri ini tersentak tatkala perkataan tersebut terlintas masuk ke dalam telinga. Otak dan perasaan berpikir dan merenungkan dan akhirnya menemukan jawaban. Mungkin inilah yang selama ini diri cari dan sulit sekali menemukan. Kebahagiaan belum sepenuhnya singgah dan menetap pada diri. Menjadikan diri selalu terkungkung dalam demotivasi dengan kecenderungan murung serta uring-uringan.

Ya Allah, mungkin ini adalah cara-Mu menegur hamba. Menjadikan diri ini terselimuti kegelisahan dan jauh dari kebahagiaan karena diri ini sudah terlalu jauh dari-Mu. Terlalu jauh bahkan. Sudah lupa diri ini cara menikmati 'bercengkrama' dengan-Mu. Larut dalam beribadah pada-Mu. Bersyukur atas segala karunia dan nikmat-Mu. Sungguh, sungguh diri ini sudah terlampau jauh. Ampunilah hamba, ya Allah.

Berangkat dengan informasi baru ini, muncullah pertanyaan baru yang menghantui. Harus dari mana memulai ini semua? Bagaimana caranya istiqomah di era kesendirian yang menghanyutkan? Apa yang harus diri ini lakukan? Pertanyaan itu muncul seketika dan melupakan sebuah pertanyaan yang jauh lebih esensial yaitu 'big why'. Kenapa? Kenapa diri ini harus bahagia? Kenapa diri ini harus merasakan sakinah? Kenapa diri ini harus istiqomah? Kenapa diri ini harus jauh dari maksiat dan meninggalkannya? Kenapa diri ini merasakan penderitaan yang tak bertepi? Pertanyaan-pertanyaan 'why' yang harusnya dijawab lebih dahulu sebelum jauh melangkah dengan pertanyaan-pertanyaan teknis setelahnya.

Inilah kesulitan dan kerumitan yang sedang diri ini hadapi. Sungguh hamba memohon pertolongan-Mu ya Allah. Segala yang terjadi pada diri hamba adalah seizin diri-Mu. Ampunilah hamba atas segala keburukan dalam perjalanan hamba mencari-Mu. Sungguh bukan ini yang hamba mau meskipun kerumitan ini lahir dari kesalahan pilih hamba sendiri. Sungguh hamba lelah dan hamba memohon semoga segala kebaikan dan keburukan diri hamba mengantarkan hamba pada akhir yang baik. Akhir yang khusnul khotimah.

Bantulah hamba dalam setiap langkah hamba. Dalam proses pencarian diri hamba dan dalam segala hal yang hamba cita-citakan serta harpkan. Doa dan pengharapan terbaik hamba pada-Mu, Tuhan Semesta Alam, Allah SWT.

Maybrat, 7 April 2025

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu

Di tengah gempuran suara jangkrik yang beralun. Dengan segelas extra joss susu yang sudah tandas. Berteman dingin yang menyelimuti. Perasaan itu muncul, menyapa kembali, menunjukkan diri lagi. Sulit untuk bisa menghindar dari tikamannya yang perih. Aku mengenalnya tanpa sengaja. Berawal dari sebuah candaan di awal perjumpaan kami. Saat itu kami belum pernah mengenal satu sama lain. Belum pernah berjumpa fisik barang sekali. Belum pula pernah bertukar sapa dan cerita melalui gawai. Menjadi aneh rasanya ketika justru saat ini dia lah penyebab perasaan ini muncul dan menghantui. Semuanya serba cepat dan seperti tanpa rencana. Aku mengirimkan surat kaleng kepadanya dengan sebatang coklat yang tak seberapa harganya. Sejak saat itu hubungan kami menjadi istimewa. Setidaknya itu yang aku rasakan. Bagaimana dengan dia? Semoga dia juga mempunyai rasa yang sama, utuh dan bulat seperti yang aku rasakan. Namanya Indah, tentu saja seindah orangnya. Dia lebih muda dariku 4 tahun. Entah sihir apa yan...

I Felt Better When I Have Done Write Down My Feelings

I felt better when I have done write down my feelings. Ungkapan itu tidak berlebihan rasanya. Ungkapan yang entah muncul dari mana. Ungkapan yang betul-betul menggambarkan perasaanku saat ini. Hidupku terlalu lelah untuk aku ceritakan melalui kata-kata. Hanya melalui frasa aku dapat bercerita karena rasanya tidak ada yang benar-benar memahami apa yang aku rasa. Tidak ada pula yang dapat aku percaya. Bercerita bukan perkara mudah bagiku yang sejak kecil terbiasa memendam segalanya. Bersyukurnya aku Tuhan telah menciptakan tulisan. Memberikan aku kemampuan membaca dan mengeja serta menulis untuk menumpahkan segala rasa. Oh, sungguh hanya ini yang bisa aku lakukan. Namun kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Mungkin ini memang waktu yang tepat untukku yang diberikan Tuhan kepadaku untuk menyadari semuanya. Tentang segala rasa yang tersimpan harus aku tuangkan dalam tulisan. Aku belum memahami korelasi antara pengalaman masa laluku dengan kondisiku saat ini. Dulu aku begitu menggebu...