Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Ritual Penarik Bala

Hujan turun dengan derasnya di malam itu. Suara tetesan air hujan yang jatuh ke tanah mampu menjadi senandung rindu dengan tiupan hawa dinginnya yang membuat bulu kuduk menari-nari. Ia sedang menikmati segelas americano panas yang baru saja mendarat dihadapannya ketika dalam tegukan pertama Ia langsung merasakan kantung kemihnya penuh dengan cairan yang menuntut untuk dikeluarkan. Tanpa berpikir panjang Ia bangkit dari tempat duduknya. Memundurkan sedikit kursinya, memberikan ruang pada pantatnya untuk hengkang dari alas kursi yang sudah mulai hangat itu. Ia berjalan dengan pasti sembari membayangkan kelegaan yang akan Ia rasakan setelah membuang semua cairan yang kini sudah mulai mengganggu kenyamanannya. Sesampainya di depan toilet Ia tertegun dengan sebuah tulisan besar dengan huruf kapital yang berbunyi “MOHON MAAF TOILET SEDANG RUSAK”. “Mati aku”, pikirnya dalam hati. Ia sempat menghabiskan beberapa waktu celingak-celinguk mencari pelayan cafe yang sekiranya dapat Ia tanyai....

Mana Yang Lebih Dahulu, Sepi Atau Teknologi?

Oleh: MIM (22/12/2020) Teknologi adalah budak yang dapat diandalkan, tetapi majikan nan keji. Sebuah kalimat yang ditulis oleh Desi Anwar pada paragraf awal dalam bagian Kata Pengantar bukunya yang berjudul “Going Offline: Menemukan Jati Diri Di Dunia Penuh Distraksi” yang menjadi tamparan nyata atas apa yang terjadi pada saat ini. Selanjutnya, masih pada bagian kata pengantar, Desi Anwar menjelaskan kebanyakan dari kita saat ini lebih memilih untuk hanyut dalam gawai yang canggih dan rela melepaskan dunia nyata yang menurut penuturan beliau sedikit demi sedikit menurunkan ketergantungan terhadap indra kita bahkan hingga ke tingkat kita lupa bagaimana menggunakannya. Sehingga jika hendak diambil kesimpulan maka dapat disimpulkan bahwa teknologi sedikit demi sedikit ‘membunuh’ sensitifitas kita sebagai manusia.           Sejalan dengan hipotesa Desi Anwar, penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro yang dit...

Dari Elaborasi Sampai Klarifikasi

          Senin pagi tanggal dua puluh satu Desember dua ribu dua puluh. Aku beranjak dari rumahku untuk menuju sebuah warung internet. Ketika aku memasukinya langsung aku ditawarkan untuk menggunakan paket membership. Operator yang saat itu bertugas memberikan elaborasi tentang keunggulan dari paket membership yang ada. Akhirnya kita mencapai pada sebuah konvensi untuk memilih paket membership dua jam dengan harga lima belas ribu rupiah. Aku tidak kecewa untuk mengeluarkan uang lima belas ribu rupiah karena operator bekerja dengan penuh aforisme .         Aku memilih bilik nomer dua puluh enam. Karena dua puluh enam adalah kelipatan dari angka tiga belas, tanggal ulang tahunku. Saat menikmati akses internet ku tiba-tiba saja aku merasa dehidrasi . Namun aku tak mau membeli minuman karena aku tak ingin mengeluarkan porto untuk membeli sebotol minuman yang di warung internet itu cukup mahal jika dibandingkan dengan porto yang har...