Sore hari itu, empat puluh tahun yang lalu menjadi awal dari kehidupan berat yang akan dilaluinya. Ia tak terlalu ingat persis bagaimana semuanya terjadi. Karena semua terjadi dengan begitu cepat sehingga ingatan masa kecilnya sulit merekam semuanya. Kejadian itu terjadi pada tahun 2001. Ia masih seorang bocah berusia empat tahun. Umur yang masih begitu belia harus ternodai dengan goresan luka yang dulu tak terasa perih tetapi seiring beranjak dewasa semakin ‘membunuh’-nya. Menggerogoti sejengkal demi sejengkal tiap bagian jiwa dan raganya dengan rasa duka dalam sedalam palung Mariana. Azan ashar baru saja selesai berkumandang saat seorang perempuan yang kala itu berusia tiga puluh tujuh tahun berlari mondar-mandir dengan air muka sedih, panik, takut, dan bingung. Dengan kalut si wanita memberi perintah kepada anak lelakinya yang paling tua, “ Leee (panggilan orang jawa untuk anak laki-laki dari kata “thole”), titip adik-adikmu dulu ya. Bawa mereka ke tempat Mbah Minto. Ibu tak ngu...